Tidak ada orangtua yang ingin sang buah hati tumbuh menjadi sosok perundung. Sayangnya, tanpa sadar ada beberapa kondisi yang menyebabkan anak menjadi pelaku bullying. Jika dibiarkan, pelaku bullying berisiko tidak memiliki kemampuan sosial yang baik, serta berpotensi kehilangan kontrol emosi.
Sebagai orangtua, pastinya kita ingin buah hati tumbuh menjadi anak yang baik, bertanggung jawab, dan jauh dan tidak kekerasan. Masalahnya, tidak jarang ditemukan anak menjadi pelaku bullying di sekolah.
Mengutip dari laman SehatQ, bullying atau perundungan adalah tindakan agresif secara fisik maupun verbal yang dapat melukai korban. Setidaknya, ada lima jenis bullying yang sering terjadi di sekolah: penindasan fisik, penindasan verbal, melakukan tindak pengucilan, cyberbullying, dan penindasan seksual pada anak.
Tidak hanya berdampak buruk bagi korban. Perilaku bullying juga berdampak buruk bagi masa depan pelaku. Anak yang menjadi pelaku bullying berisiko tumbuh menjadi sosok yang tidak berempati, menganggap kekerasan adalah hal biasa, serta berpotensi melakukan tidak kriminal di masa depan.
Sebelum fokus mencari cara mencegah anak menjadi pelaku bullying. Akan lebih baik kalau Mama Papa mencari tahu penyebabnya terlebih dahulu. Sebab, pengaruh lingkungan, sekolah, dan keluarga bisa menjadi penyebab si kecil menjadi pelaku bullying di sekolah.
Setidaknya, ada 5 penyebab anak menjadi pelaku bullying di sekolah. Berikut di antaranya:
Ingin berkuasa
Penyebab anak menjadi pelaku bullying yang pertama karena ingin berkuasa. Biasanya, keinginan berkuasa dengan cara yang salah ini disebabkan karena si kecil tidak punya kekuatan apa pun. Akhirnya, anak akan mencari kekuatan dengan merundung orang lain.
Biasanya, calon pelaku bullying yang ingin berkuasa cenderung memilih teman yang terlihat “lemah”. Apabila keinginannya tidak sesuai, pelaku bullying tidak akan ragu untuk melakukan kekerasan. Dalam jangka panjang, perilaku ini akan mendorong anak untuk melegalkan segala cara agar mendapatkan keinginannya.
Baca Juga: Kenali 8 Tanda Anak Menjadi Korban Bullying di Sekolah
Faktor popularitas
Percaya atau tidak, menjadi pelaku bullying bisa menjadi “nilai tambah” di sekolah. Bahkan, mengutip dari Kompas.com, perundungan bisa menjadi manifestasi dari status sosial. Anggapan inilah yang menyebabkan sebagian anak merasa jika sukses merundung akan terlihat keren di sekolah.
Tuntutan ingin populer dan terkenal di sekolah tersebutlah yang menyebabkan anak rela menjadi pelaku bullying untuk mendapatkan perhatian. Parahnya lagi, tidak sedikit pelaku bullying yang menghasut teman-temannya untuk mengucilkan orang lain. Tujuannya agar semakin terlihat berkuasa dan “keren”.
Balas dendam
Si kecil pernah menjadi korban bullying di sekolah? Jika iya, tidak menutup kemungkinan si kecil akan menjadi pelaku bullying sekolah. Mengapa demikian?
Meski tidak semua, namun sebagian anak yang menjadi korban bullying akan cenderung diam dan memendam apa yang dirasakannya. Perasaan tertekan itulah yang mendorong anak untuk balas dendam. Baik itu merundung orang lain yang dianggap lemah, atau bahkan yang pernah menindasnya.
Setelah “sukses” merundung, pelaku bullying akan merasa lebih lega. Bahkan, pelaku bullying menganggap jika perundungan yang dilakukan adalah bentuk pembelaan dan pembenaran.
Baca Juga: Stop! 8 Dampak Negatif Memukul Anak bagi Kesehatan Mental
Mendapat tekanan di sekolah
Kalau kita amati, ada beberapa circle pertemanan yang memberikan “syarat” tertentu agar bisa diterima dan masuk ke dalam grup tersebut. Biasanya, kondisi ini disebabkan karena tingginya tingkat senioritas di lingkungan sekolah.
Akibanya, anak berusaha melakukan berbagai macam cara agar diterima circle pertemanan tersebut. Termasuk salah satunya melakukan tindak bullying kepada orang lain. Saking penginnya diterima, si kecil cenderung tidak memikirkan konsekuensi dari tindakan mereka. Mengerikan sekali bukan?
Punya masalah di rumah
Tak hanya faktor lingkungan sekolah, anak menjadi pelaku bullying juga bisa disebabkan karena mereka memiliki masalah di rumah. Faktanya, anak yang kurang kasih sayang dan sering melihat orangtua bertengkar berisiko tinggi menjadi pelaku bullying. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian orang di sekitarnya.
Menerapkan pola asuh menggunakan kekerasan juga rentan menyebabkan si kecil tumbuh menjadi pelaku bullying. Kondisi ini disebabkan karena anak merasa lelah memendam rasa kesalnya, dan memilih untuk “menumpahkannya” ke orang lain yang lebih lemah darinya.
Itulah 5 penyebab anak menjadi pelaku bullying yang perlu Mama Papa waspadai. Usahakan untuk menerapkan pola asuh anak yang tepat, guna membentuk kepribadian baik dalam diri si kecil, ya!
Baca Juga: 6 Pola Asuh yang Salah, Berdampak Buruk bagi Masa Depan Anak