Terkadang membandingkan anak terucap tanpa disadari oleh orangtua. Namun harus diwaspadai, ya, karena dampak anak yang sering dibandingkan bisa berbahaya bagi psikologisnya, lho.
Mama papa, disadari atau tidak terkadang mulut kita sering latah untuk membandingkan anak. Misalnya “ayo, dek, makan, masa enggak mau makan sayur? Kakak saja mau makan sayur, adek kalah, nih”. Tanpa disadari ada dampak psikologis bagi anak yang sering dibandingkan, lho.
Yuk, pahami dampak psikologis anak yang sering dibandingkan berikut ini:
Stres
Dampak anak yang sering dibandingkan dengan anak lain akan hidup dengan perasaan terbebani. Hal ini membuat si kecil berusaha melakukan yang lebih baik, namun dalam keadaan tertekan.
Tanpa disadari akan membuat mereka seringkali gelisah bahkan dalam keadaan tidur. Perasaan tertekan dan gelisah ini membahayakan psikologis si kecil, dan dapat memperbesar risiko stres pada anak.
Nah, jika Mama Papa tidak puas dengan pencapaian anak yang menurun, sebaiknya tanyakan baik-baik, ya. Carilah solusi tanpa mengucapkan kalimat-kalimat yang membandingkan si kecil.
Menurunkan rasa percaya diri
Setelah mendengarkan kalimat-kalimat yang membandingkan kemampuannya dengan orang lain, seseorang cenderung akan merasa ragu akan kemampuannya sendiri. Hal ini pun terjadi pada anak-anak.
Anak akan tumbuh dengan rasa rendah diri dan tidak pede dapat melakukan hal yang lebih baik. Mama Papa, efek ini bukan hanya dirasakannya ketika masih kecil, namun juga akan terus dibawa hingga dewasa.
Daripada membandingkan kekurangan anak, sebaiknya apresiasi kelebihannya saja, ya.
Bakatnya menghilang
Suatu hal berulangkali dilakukan anak bisa mengindikasikan bakatnya. Namun ketika orangtua menyuruh anak melakukan hal lain yang baik menurut orangtua, anak akan bimbang. Misalnya, hobi bermain piano, namun orangtua menginginkannya untuk pandai dalam hal matematika. Hal ini akan membuat mereka bimbang untuk menentukan pilihan.
Belum lagi jika orangtua membandingkan si kecil dengan anak lain yang unggul dalam hal matematika, anak akan memilih melakukan apa yang diinginkan orangtua. Namun karena mereka tidak menaruh minat dalam hal tersebut, maka kemungkinan besar hasilnya tidak maksimal.
Sedangkan, bakat alamiah anak untuk bermain piano juga akan hilang seiring mereka yang tidak lagi berlatih. Daripada harus membandingkan, lebih baik dukung dan apresiasi apa yang menjadi bakat anak, ya.
Baca Juga: Cara Efektif Menemukan Bakat Anak Sedini Mungkin
Hubungan dengan orangtua merenggang
Dampak anak yang sering dibandingkan dengan anak lain salah satunya adalah renggangnya kedekatan dengan orangtua. Anak akan merasa orangtua tidak menyukainya sehingga membanding-bandingkannya dengan orang lain.
Anak cenderung lebih sensitif dan memiliki rasa cemburu yang cukup tinggi. Umumnya ketika dibanding-bandingkan anak mulai menjaga jarak dengan orangtua. Mereka juga merasa kehilangan kepercayaan terhadap orangtuanya sendiri. Jika dibiarkan terus menerus, masalah traumatis ini bisa terus terbawa hingga dewasa, lho.
Baca Juga: Dampak Psikis Anak yang Sering Dibentak
Anak menjadi pemarah dan pembangkang
Anak yang sering dibanding-bandingkan akan tumbuh menjadi pribadi yang emosional dan pembangkang. Jadi, jangan kaget jika setelah dibanding-bandingkan anak lebih sering membantah omongan orangtua.
Apalagi jika orangtua membandingkan anak dengan kakak atau adiknya sendiri. Dampak anak yang sering dibandingkan dengan saudaranya akan memunculkan rasa bersaing yang tinggi. Efeknya mereka akan menjadi tidak akur dan saling ingin mengalahkan.
Tentu, memiliki anak yang akur dan saling mengasihi adalah harapan utama orangtua, bukan? Maka, hindari membanding-bandingkan anak, ya.
Baca Juga: 5 Dampak Psikologis Anak yang Terlalu Sering Dipuji