Konsep slow living semakin diminati banyak orang. Konon, konsep ini mengajarkan kita untuk lebih santai dan menikmati hidup bersama orang-orang tersayang. Lantas, bagaimana penerapan gaya hidup santai ini dalam kehidupan sehari-hari?
Baru-baru ini gaya hidup slow living menjadi perbincangan hangat di media sosial. Karena salah satu akun di Twitter sempat membagikan gaya hidup santai yang dijalani oleh artis Lulu Tobing.
Konon, gaya hidup santai berkebalikan dengan konsep hustle culture yang mengedepankan ritme serba cepat. Lantas, benarkah gaya hidup santai lebih bermanfaat bagi kehidupan?
Slow living adalah konsep yang fokus pada gaya hidup lebih santai dan sederhana. Pemikiran santai ini membawa kita tidak terburu-buru, dan merasa bersaing dengan orang lain.
Selain itu, slow living juga diartikan sebagai gaya hidup yang mementingkan kualitas daripada kuantitas. Itu artinya, dengan kesadaran penuh kita menikmati setiap proses dalam hidup kita, Mama Papa.
Berasal dari Italia
Sebenarnya, gaya hidup slow living sendiri muncul pada 1980-an di Italia. Konsep ini dibawa oleh Carlo Petrini dan sekelompok aktivis untuk memprotes pembukaan gerai McDonald’s di Roma kala itu. Sebagai bentuk protes, mereka mengusung gerakan Slow Food untuk memertahankan makanan daerah.
Pada 2004, penulis bernama Carl Honore merasa terinspirasi dengan gerakan Slow Food untuk mempopulerkan konsep yang lebih luas. Dia menerapkan konsep ini dalam kehidupan masyarakat, pekerjaan, mengasuh anak, hobi, hingga rekreasi. Sejak saat itu, konsep slow living terus berkembang dan mulai dikenal dunia.
Baca juga: Dampak Buruk Hustle Culture, Jangan Bangga Dulu!
Cara menerapkan slow living
Menerapkan gaya hidup santai sebenarnya cukup mudah, dan bisa kita lakukan secara bertahap. Kita bisa mulai dari cara berjalan, kalau biasanya kita jalan terburu-buru, kita bisa memperlambat gerak. Sembari berjalan kita bisa menikmati pemandangan di jalanan yang kita lewati.
Tidak hanya itu saja, untuk menjalani hidup yang lebih santai, kita bisa meluangkan waktu dengan orang tersayang. Misal, mengajak keluarga bersepeda bareng, memasak, atau makan malam bersama. Tak hanya mempererat hubungan keluarga, cara ini membuat waktu kita lebih berkualitas, lo!
Baca juga : 5 Cara Mengelola Stres Akibat Pekerjaan Menumpuk
Manfaat gaya hidup santai
Menjalani gaya hidup slow living, berarti memilih hidup yang lebih sederhana dan santai. Seperti yang dilansir dari laman detikhealth, psikolog klinis Anastasia Sari Dewi mengatakan, gaya hidup slow memberi manfaat untuk kesehatan mental. Karena kita dapat belajar menghargai diri sendiri.
Dewi menambahkan, jika gaya hidup santai ini membuat pikiran dan perasaan lebih fokus dengan semua keadaan. Tak heran kalau gaya hidup ini membantu seseorang tidak grusa-grusu dalam berbagai hal. Artinya, kita bisa menikmati hidup dengan penuh mindfulness.
Itulah beberapa fakta menarik tentang gaya hidup santai, alias slow living yang bisa kita terapkan di era serba cepat seperti sekarang. Kira-kira, Mama Papa mau menerapkan gaya hidup ini tidak?
Baca Juga: Selain Sehat, Olahraga Ini Dapat Meningkatkan Mood, Lho